Pedagang Keluhkan Sampah Menumpuk di Pasar Induk Gedebage
Dokumen Pribadi
BANDUNG – Tumpukan sampah terlihat menggunung di sejumlah titik Pasar Gedebage, Kota Bandung pada Rabu (13/12/2023). Mulai dari lamanya pengangkutan oleh petugas kebersihan, banjir akibat tertutupnya drainase oleh sampah, hingga iuran kebersihan yang terus naik, turut dikeluhkan sejumlah pedagang tiap tahunnya.
Sampah berupa sisa dagangan pasar dan peti-peti bekas menumpuk di sekitar lapak pedagang, hingga menimbulkan bau yang tak sedap. Terlebih jika hujan deras, sampah yang terbawa aliran air menyebabkan kondisi pasar tampak semakin kotor.
“Kalau dulu mah diangkutnya setiap seminggu sekali. Tapi kalau sekarang lebih susah, kadang sudah lebih dari sebulan juga belum diangkut,” ujar Fadhel (23) salah seorang pemilik kios dagang.
Fadhel juga mengeluhkan perihal iuran kebersihan yang terus naik. Ia menuturkan bahwasannya biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan kualitas pengelolaan kebersihan yang didapat.
“Sekarang iuran itu 10 sampe 15 ribu per harinya. Walaupun kita bayar setiap hari juga belum tentu kapan sampah ini mau diangkut,” tuturnya.
“Beberapa pedagang juga bahkan ada yang memilih untuk menyewa jasa tambahan, tukang sampah buat bersihkan kawasan sekitar lapak. Kalau mengandalkan PT saja ga akan mungkin,” kata Fadhel menambahkan.
Madi (34), salah seorang pedagang juga mengaku sudah berkali-kali menyampaikan keluhan dan protes kepada PT Ginanjar Saputra, selaku pengelola kebersihan pasar. Namun, tidak ada respon dan perubahan yang signifikan terkait persoalan tersebut.
“Kalau protes sih sudah pasti, tapi tetap saja respon dan penangannya hanya begitu-begitu saja. Lama kelamaan kita bosan juga untuk memberikan tanggapan” ujarnya.
Sementara itu, Ardan selaku Danru Keamanan Sekretariat Paguyuban Pasar Induk Gedebage mengatakan bahwasannya kebersihan kawasan pasar di kelola oleh beberapa pihak yang berbeda. Pihak tersebut diantaranya adalah PT Ginanjar Saputra dan paguyuban yang terdiri dari warga dan pedagang Pasar Induk Gedebage.
“Disini kalau yang kelola kebersihan itu ada PT Ginanjar dan Paguyuban. Kebetulan kalau oleh paguyuban itu yang kelolanya ada dari pihak warga dan pedagang,” tuturnya.
“Sekarang paguyuban kerjasamanya dengan PT Ginanjar, terkait kebersihan. Sekretariatnya juga sudah menjadi satu tempat, hanya saja ada beberapa wilayah yang kebersihannya di kelola secara terpisah,” imbuh Ardan.
Ia juga menambahkan, bahwasannya pengelolaan jumlah uang iuran disesuaikan dengan pedagang. Mulai dari pedagang kaki lima hingga pedagang yang memiliki kios pribadi, dikenakan tarif iuran kebersihan yang berbeda.
“Iuran untuk sampah itu tidak sama, tapi bervariasi. Untuk pedagang kecil itu mulai dari 3 sampai 5 ribu per harinya, sedangkan untuk pedagang kios itu mulai dari 10 sampai ke 15 ribu per hari,” tambahnya.
“Dan untuk kesanggupan juga pasti
berbeda, sehingga kita menawarkan untuk pembayaran itu dapat dicicil per bulan,
per tiga bulan atau sesuai kesanggupan pedagang,” pungkas Ardan.
Reportase Lapangan oleh Jeni Ritanti / Jurnalistik 5B
Komentar
Posting Komentar